Kutumpukkan ide kepada tanganku
Ketika melihat dunia
kubiarkan dia terjun deras seperti hujan
Kadangkala diam juga menyesak
menjadi gumpalan jenuh yang menggerogoti asa
aku biarkan...
sampai akhirnya
kukunci di labirin ratapan
sehingga mati kelelahan.
Datanglah si pencuci membasuh sisa-sisa penat.
Akhirnya....
Aku menuangkan deru
Aku menuangkan diam
semua di masanya
pada mural-mural sajak
dan kau bisa melihat
menjadi pengingat jejak langkah terbuat
Thursday, December 27, 2007
Menanti Santhi
Siluet tubuhmu kulihat di purnama
menari di tengah malam
menciptakan bayang di dedaunan
dan kilaumu terpancar di telaga rindu
Mengapa kucemburui riak-riak air dan burung-burung malam?
Karena ia menunggumu sepanjang sumbu malam?
Santhi, di bukit itu engkau menghangatkanku
membuaiku dengan dendang-dendang hayat,
sajak-sajak pengasih di usapan jemarimu
sampai kutidur puas lelas.
Di pagi engkau tiada,
menyisakan embun-embun lestari.
Menandai waktuku menggelayuti bumi
hingga nanti di suatu malam engkau kembali
menari di tengah malam
menciptakan bayang di dedaunan
dan kilaumu terpancar di telaga rindu
Mengapa kucemburui riak-riak air dan burung-burung malam?
Karena ia menunggumu sepanjang sumbu malam?
Santhi, di bukit itu engkau menghangatkanku
membuaiku dengan dendang-dendang hayat,
sajak-sajak pengasih di usapan jemarimu
sampai kutidur puas lelas.
Di pagi engkau tiada,
menyisakan embun-embun lestari.
Menandai waktuku menggelayuti bumi
hingga nanti di suatu malam engkau kembali
Terus Berjuang
Engkau berjuang tertatih-tatih
dengan pandangan yang semakin pudar
dan tubuh yang selalu penat
kawan berguguran
dihempas angin zaman,
keputusasaan
tapi engkau tetap bertahan
entah sampai kapan...
dengan pandangan yang semakin pudar
dan tubuh yang selalu penat
kawan berguguran
dihempas angin zaman,
keputusasaan
tapi engkau tetap bertahan
entah sampai kapan...
Gilang dan Ratih
Gilang dan Ratih
mendua karena tak berdaya
bertanya mengapa dunia tak sewarna
Adakah ruang kecil untuk bercengkrama
tentang manusia-manusia legawa
yang menikmati kenaifannya
mendua karena tak berdaya
bertanya mengapa dunia tak sewarna
Adakah ruang kecil untuk bercengkrama
tentang manusia-manusia legawa
yang menikmati kenaifannya
Wednesday, December 19, 2007
Cerita Si Gembala
Sesekali mampirlah!
Biar kulihat kerutanmu
dan lelahmu menjejak dunia
tapi bukan itu saja
hari-hari ini lain
aku melihatmu bahagia
ketika engkau melihatnya
aku tak tahu kenapa
engkau yang bersahaja
seperti melihat nirwana
dan malaikatnya
engkau yang tidak bisa baca tulis
tetapi engkau memahami hikmat
rahasia abadi
engkau terus bercerita
tanpa henti....
bukan lagi soal domba dan ternak yang kau urus
tetapi tentang hidup dan keabadian
keagungan dalam kesederhanaan
Ya, sesekali mampirlah!
dan ceritakan tentang datangnya Yang Dinanti
apakah memang dia?
bagaimanakah rupanya?
karena aku telah mendengar
tetapi belum juga mengerti
Manusia
Adamu mendahului apamu
Adamu membentuk apamu
dan pertanyaan-pertanyaan lain
yang kadang semu
Mengapa?
Bagaimana?
Kapan?
adamu indah
adamu menderita
adamu menyiksa
adamu kehangatan
adamu semua warna, nuansa
adamu adaku
begitulah adanya...
Tuesday, December 18, 2007
Pulang
Kemana hendak pergi Tuan?
Aku ingin pulang!
Dimanakah rumahmu?
Diantara padang ilalang dan danau yang tenang
Depok?!!
Aku ingin pulang!
Dimanakah rumahmu?
Diantara padang ilalang dan danau yang tenang
Depok?!!
Napak Tilas
Subscribe to:
Posts (Atom)