Friday, September 5, 2008

Tidak Cukup

Tidak cukupkah sepi?
Seribu mulut terkatup untuk jiwa yang gelisah
Menggeliat resah di jalan tiada ujung
Terserak impian yang teronggok kering
terabaikan...
adalah titik embun menjadi penghibur
kembali berjalan tertatih

Fin?!

Fin?!
Setelah merasap embun malam
ia bersembunyi di balik cahaya tuhan
dan terbang ke awan
lalu ia jatuh terekat di jaring laba-laba
Fin?!

Dan itu Kamu

Kutulis pada kertas
dan itu kamu menunggu diujung pena
Kuukir kata-kata
dan itu kamu menanti diujung lidah
Kubayangkan rindu
dan itu kamu bertebaran di lorong ingatan
Kulumat cinta
dan itu kamu membuatnya manis

Sunday, May 18, 2008

Malam Itu

tetapi malam sudah tiba
keresahan itu lewat sudah
engkaulah makhluk malam
mustahil merindukan pagi
adakah cahaya lewat sekelebat?
apakah itu kilat yang membelah cakrawalamu?

telusuri lekuk-lekuk tubuhku
maka engkau kan merasakan luka-lukaku

Siang Itu

Siang itu panas tak masalah
keringat luluh oleh waktu
meski sering ku tertidur di pojok itu
Sampai senja tiba
dimana engkau bernyanyi hidup

Monday, April 21, 2008

ai

pegang tanganku di dalam kabut
setapak sukar tertebus senyum
kita lewati dengan debar
kala menunggu
biarlah suara senyap
haruskah tangan terlambai?

Tuesday, April 1, 2008

Lagu Peziarah

Tetaplah mengembara!
toh kita adalah penumpang
ketika lelah berteduhlah!
toh di padang hijau engkau kan terlelap
Tidak penting kamu itu apa
yang terpenting kamu itu ada
Jalan peziarah adalah lelayu
gelisah yang memaksa maju
di Nois kita bertemu
karena kata sabda kitalah yang punya

"Ibu jangan menyerah, perjuangan HAM selalu begini,"
(Munir, seperti dikutip dalam Koran Tempo, 1 April 2008)

Thursday, March 27, 2008

Rindu Yang Biasa Itu

Pada danau tenang, rinduku mengaduh
Membiarkan riak-riak lewati hening
Menunggu purnama tergelincir di paruh malam
lalu tiap langkah-langkah kaki tua ini meniti jalan menuju hutan berkabut
Membuat gemerisik air jatuh dari daun, bergulir tak tertahan