Kutulis pada kertas
dan itu kamu menunggu diujung pena
Kuukir kata-kata
dan itu kamu menanti diujung lidah
Kubayangkan rindu
dan itu kamu bertebaran di lorong ingatan
Kulumat cinta
dan itu kamu membuatnya manis
Friday, September 5, 2008
Sunday, May 18, 2008
Malam Itu
tetapi malam sudah tiba
keresahan itu lewat sudah
engkaulah makhluk malam
mustahil merindukan pagi
adakah cahaya lewat sekelebat?
apakah itu kilat yang membelah cakrawalamu?
telusuri lekuk-lekuk tubuhku
maka engkau kan merasakan luka-lukaku
keresahan itu lewat sudah
engkaulah makhluk malam
mustahil merindukan pagi
adakah cahaya lewat sekelebat?
apakah itu kilat yang membelah cakrawalamu?
telusuri lekuk-lekuk tubuhku
maka engkau kan merasakan luka-lukaku
Siang Itu
Siang itu panas tak masalah
keringat luluh oleh waktu
meski sering ku tertidur di pojok itu
Sampai senja tiba
dimana engkau bernyanyi hidup
keringat luluh oleh waktu
meski sering ku tertidur di pojok itu
Sampai senja tiba
dimana engkau bernyanyi hidup
Monday, April 21, 2008
ai
pegang tanganku di dalam kabut
setapak sukar tertebus senyum
kita lewati dengan debar
kala menunggu
biarlah suara senyap
haruskah tangan terlambai?
setapak sukar tertebus senyum
kita lewati dengan debar
kala menunggu
biarlah suara senyap
haruskah tangan terlambai?
Tuesday, April 1, 2008
Lagu Peziarah
Tetaplah mengembara!
toh kita adalah penumpang
ketika lelah berteduhlah!
toh di padang hijau engkau kan terlelap
Tidak penting kamu itu apa
yang terpenting kamu itu ada
Jalan peziarah adalah lelayu
gelisah yang memaksa maju
di Nois kita bertemu
karena kata sabda kitalah yang punya
"Ibu jangan menyerah, perjuangan HAM selalu begini,"
(Munir, seperti dikutip dalam Koran Tempo, 1 April 2008)
toh kita adalah penumpang
ketika lelah berteduhlah!
toh di padang hijau engkau kan terlelap
Tidak penting kamu itu apa
yang terpenting kamu itu ada
Jalan peziarah adalah lelayu
gelisah yang memaksa maju
di Nois kita bertemu
karena kata sabda kitalah yang punya
"Ibu jangan menyerah, perjuangan HAM selalu begini,"
(Munir, seperti dikutip dalam Koran Tempo, 1 April 2008)
Thursday, March 27, 2008
Rindu Yang Biasa Itu
Pada danau tenang, rinduku mengaduh
Membiarkan riak-riak lewati hening
Menunggu purnama tergelincir di paruh malam
lalu tiap langkah-langkah kaki tua ini meniti jalan menuju hutan berkabut
Membuat gemerisik air jatuh dari daun, bergulir tak tertahan
Membiarkan riak-riak lewati hening
Menunggu purnama tergelincir di paruh malam
lalu tiap langkah-langkah kaki tua ini meniti jalan menuju hutan berkabut
Membuat gemerisik air jatuh dari daun, bergulir tak tertahan
Wednesday, March 26, 2008
Gemuruh
Apakah kau percaya pada gemuruh?
ia menggerutu di kala kelabu
melenguh menunggu hujankah?
seperti itukah ratapanmu?
yang meluncurkan semua tanda tanya di malam itu
ia menggerutu di kala kelabu
melenguh menunggu hujankah?
seperti itukah ratapanmu?
yang meluncurkan semua tanda tanya di malam itu
Friday, March 14, 2008
Untuk seseorang yang entah dimana
Aku mengakrabi hujan dan jatuhnya butir-butir air
Aku berkencan dengan malam dan keringat-keringat daun
Jika bayanganmu semakin menakutkan,
kuberlari nuju ilalang sunyi
bercerita pada angin yang lewat supaya menghembus kau pergi
Kupeluk hujan dan dinginnya yang menggelisahkan
dalam benang-benang yang terajut oleh ceritamu
selembar demi selembar
yang tercecer di tiap-tiap sudut kota
Aku berkencan dengan malam dan keringat-keringat daun
Jika bayanganmu semakin menakutkan,
kuberlari nuju ilalang sunyi
bercerita pada angin yang lewat supaya menghembus kau pergi
Kupeluk hujan dan dinginnya yang menggelisahkan
dalam benang-benang yang terajut oleh ceritamu
selembar demi selembar
yang tercecer di tiap-tiap sudut kota
Subscribe to:
Posts (Atom)